Turki Putus Hubungan Ekonomi dengan Israel, Erdogan: Kami Berdiri Bersama Palestina

Turki Putus Hubungan Ekonomi dengan Israel, Erdogan: Kami Berdiri Bersama Palestina
Turki Putus Hubungan Ekonomi dengan Israel, Erdogan: Kami Berdiri Bersama Palestina

Halopadang.id - Turki mengumumkan keputusan besar yang mengguncang dunia internasional dengan memutuskan seluruh hubungan ekonomi dan perdagangan dengan Israel. Tidak hanya itu, Ankara juga menutup ruang udara sepenuhnya terhadap penerbangan pemerintah Israel serta pesawat kargo yang membawa senjata. Langkah ini diambil sebagai bentuk protes keras terhadap ofensif militer Israel di Jalur Gaza yang disebut telah menimbulkan penderitaan luar biasa bagi rakyat Palestina.

Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa keputusan tersebut lahir dari pertimbangan moral dan kemanusiaan. Dalam pidato resminya, ia mengatakan, “Kami tidak bisa lagi berpangku tangan melihat darah anak-anak Palestina terus mengalir. Israel telah melampaui batas kemanusiaan. Karena itu, Turki mengambil langkah paling tegas: menutup ruang udara, menutup pelabuhan, dan menghentikan perdagangan. Dunia harus tahu bahwa kami berdiri bersama Palestina.”

Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, juga menambahkan pernyataan keras dengan menyebut tindakan Israel sebagai bentuk genosida. Ia menegaskan, “Operasi militer Israel di Gaza bukanlah sekadar perang, tetapi pembantaian. Turki tidak akan pernah menjadi bagian dari sistem yang membiarkan kejahatan kemanusiaan berlangsung tanpa perlawanan.” Fidan menegaskan bahwa Ankara tidak hanya menyuarakan protes, tetapi juga mengambil langkah nyata yang langsung berdampak pada hubungan kedua negara.

Keputusan tersebut diumumkan pada akhir Agustus 2025 dan langsung berlaku penuh. Dampaknya sangat luas: seluruh aktivitas ekspor dan impor antara Turki dan Israel yang nilainya sekitar tujuh hingga sembilan miliar dolar AS per tahun kini terhenti total. Pelabuhan-pelabuhan di Turki resmi ditutup bagi kapal berbendera Israel, sementara kapal berbendera Turki juga dilarang singgah di pelabuhan Israel. Pemerintah Turki bahkan mewajibkan semua kapal yang masuk ke pelabuhan mereka menyertakan dokumen resmi bahwa tidak ada keterkaitan dengan Israel dan tidak membawa muatan senjata.

Latar belakang keputusan ini sangat erat dengan serangan militer Israel di Gaza. Ankara menilai tindakan tersebut tidak hanya melanggar hukum internasional, tetapi juga mengancam eksistensi rakyat Palestina. Erdogan menolak keras rencana pemindahan paksa penduduk Gaza. Ia menyatakan, “Upaya memindahkan rakyat Palestina dari tanah mereka sendiri adalah kejahatan kemanusiaan yang tidak memiliki dasar hukum. Turki tidak akan pernah mengakui atau mendiamkan praktik pengusiran semacam itu.”

Selain langkah pemutusan hubungan dagang, Turki juga menyatakan siap menyalurkan bantuan kemanusiaan secara langsung ke Gaza. Pemerintah merencanakan pengiriman bantuan udara dengan menjatuhkan paket makanan dan obat-obatan. Namun, rencana tersebut masih menunggu izin dari pemerintah Yordania agar pesawat militer Turki dapat menggunakan jalur udara mereka. Hal ini menjadi bukti bahwa Ankara tidak hanya menutup pintu terhadap Israel, tetapi juga membuka jalur kemanusiaan bagi Palestina.

Dampak dari kebijakan ini diperkirakan cukup besar. Perdagangan antara Turki dan Israel selama ini mencakup sektor penting, mulai dari tekstil, makanan, hingga produk industri berat. Dengan terhentinya hubungan dagang, banyak perusahaan yang harus mencari mitra baru di luar kedua negara. Beberapa analis menilai langkah ini bisa memengaruhi iklim investasi di Turki, terutama dari negara-negara Barat yang mungkin menilai Ankara terlalu konfrontatif. Namun, bagi Erdogan, risiko ekonomi ini sepadan dengan nilai moral yang ingin diperjuangkan.

Sektor pariwisata juga akan terkena imbas. Sebelum konflik, Israel menjadi salah satu penyumbang wisatawan yang cukup signifikan ke Turki, khususnya ke Istanbul dan Antalya. Dengan adanya larangan ini, arus wisatawan dari Israel hampir pasti akan turun drastis. Meski demikian, pemerintah Turki menyatakan siap menerima konsekuensi tersebut demi konsistensi sikap politik luar negeri mereka.

Reaksi internasional terhadap keputusan ini beragam. Negara-negara Muslim banyak yang menyambutnya sebagai langkah berani dan inspiratif, sementara beberapa negara Barat justru khawatir keputusan ini akan memperkeruh upaya diplomasi di Timur Tengah. Walau demikian, Ankara tetap berpegang pada posisinya. Erdogan menegaskan, “Kami tahu keputusan ini memiliki konsekuensi, tetapi Turki tidak takut. Kami lebih memilih berdiri di sisi keadilan daripada tunduk pada kepentingan ekonomi semata.”

Sidang kabinet Turki yang digelar sebelum pengumuman resmi menekankan bahwa kebijakan ini bukan sekadar respons emosional. Langkah tersebut dirancang sebagai strategi diplomasi untuk memberi tekanan nyata kepada Israel dan sekaligus menunjukkan solidaritas penuh kepada Palestina. Turki bahkan menyebut dirinya sebagai satu-satunya negara yang berani memutus hubungan dagang sepenuhnya dengan Israel.

Editor : Pimred Laksamana.id
Bagikan

Berita Terkait
Terkini